Bisnis.com, JAKARTA – PT Himalaya Energi Perkasa Tbk. (HADE) menderita rugi bersih sepanjang Januari-September 2025 sebesar Rp2,91 miliar. Pendapatan perseroan 100% didapatkan dari bisnis jasa pengisian LPG.
Sementara itu, di saat yang sama pemerintah berwacana mengganti atau mencampur Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan Dimethyl Ether (DME) batu bara mulai 2026.
Berdasarkan Laporan Keuangan, HADE sebenarnya membukukan pendapatan neto sebesar Rp3,11 miliar sepanjang kuartal III/2025. Angka ini naik 5,70% secara year on year (YoY) dibanding pendapatan neto kuartal III/2024 sebesar Rp2,94 triliun.
Seluruh pendapatan bersih perseroan tersebut didapat dari jasa pengisian LPG untuk PT Pertamina Patra Niaga. Pada tanggal 9 Oktober 2013, anak usaha HADE, PT Optima Daya Kapital (OPDAKA) telah menandatangani perjanjian pengusahaan dan penggunaan stasiun pengisian bulk LPG dengan PT Pertamina (Persero).
OPDAKA menerima penunjukan untuk melaksanakan operasi pengisian LPG dengan syarat bahwa semua pembiayaan, konstruksi, pengadaan semua peralatan dan operasi dan pemeliharaan pompa LPG menjadi beban dan tanggung jawab OPDAKA. OPDAKA akan menerima, menyimpan, mengisi LPG ke dalam tabung dan mendeduksikan tabung berisi LPG ke agen LPG dan pihak ketiga lainnya yang telah ditunjuk oleh Pertamina.
Perjanjian awal tersebut berlaku sejak tanggal 9 Oktober 2013 hingga 28 Juli 2023. Kemudian pada tanggal 31 Agustus 2023 dilakukan perpanjangan melalui perjanjian kerja sama antara PT Pertamina Patra Niaga dan OPDAKA. Perjanjian ini berlaku dari tanggal 29 Juli 2023 sampai dengan 28 Juli 2033.
Merujuk kembali pada laporan keuangan, HADE membukukan beban pokok pendapatan sebesar Rp2,74 miliar atau naik 4,77% YoY. Dengan demikian, sebenarnya perseroan sukses membukukan pertumbuhan laba bruto 13,15% YoY dari Rp328,57 juta menjadi Rp371,79 juta.
Namun, di saat yang sama perseroan turut menanggung beban usaha sebesar Rp1,05 miliar. Angka ini naik 8,77% dari Rp971,03 juta pada periode sebelumnya. Dari sini, perseroan membukukan rugi usaha sebesar Rp684,39 juta, membengkak dari rugi usaha Rp642,45 juta dalam periode sebelumnya.
Kemudian, perseroan juga membukukan kerugian atas instrumen keuangan derivatif berupa beban cadangan penurunan nilai investasi dan beban cadangan piutang reverse repo. Totalnya mencapai Rp2,35 miliar. Pos beban ini pada periode sebelumnya tidak dicatatkan perusahaan.
Alhasil, rugi tahun berjalan yang ditanggung perseroan dalam kuartal III/2025 mencapai Rp3,13 miliar, membengkak dari rugi periode berjalan kuartal III/2024 mencapai Rp639,41 juta. Dari angka ini, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang Januari-September 2025 mencapai Rp2,91 miliar.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali menggaungkan proyek DME batu bara sebagai pengganti LPG. Proyek ini sejatinya sudah digagas sejak era Presiden Jokowi, namun belum terlaksana hingga sekarang.
Bahlil mengatakan bahwa Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi kini telah merampungkan konsep dan pra-feasibility study (pra-FS). Dia percaya diri, melalui percepatan persiapan proyek ini, DME bisa mensubstitusi LPG mulai 2026. Alhasil, mulai tahun depan Indonesia mulai melepaskan diri dari ketergantungan impor LPG.
Terkait teknologi yang digunakan, Bahlil menyebut pemerintah mengkaji dua opsi utama. "Ini mitranya nanti dengan Danantara, teknologinya kan macam-macam, teknologi dari China, itu, bisa juga dari Eropa," ujar Bahlil, Jumat (24/10/2025).
Lantas, transisi gas LPG menggunakan DME batu bara ini apakah akan berdampak bagi Himalaya Energi Perkasa Tbk. karena pendapatan yang mereka dapat 100% dari jasa pengisian LPG yang sudah berlangsung selama ini?
Melansir laman Kementerian ESDM, DME merupakan bahan bakar gas yang dibuat dari batu bara melalui gasifikasi. Prosesnya adalah batu bara diubah menjadi gas, lalu diproses lebih lanjut menjadi DME (CH₃OCH₃), sejenis gas yang bisa digunakan sebagai pengganti LPG (gas elpiji) untuk memasak dan kebutuhan energi lainnya.
Dijelaskan pula, bahwa DME memiliki karakteristik fisika-kimia yang cukup mirip LPG yakni dari sisi penanganan, distribusi, hingga infrastrukturnya seperti tabung, penyimpanan, distribusi.
DME memiliki kelebihan salah satunya adalah bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui seperti biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM) atau batu bara. Namun saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Source https://www.bisnis.com