Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara makin membara dengan menguattujuh hari berturut-turut sejak Kamis (13/7). Rally harga batu bara selama tujuh hari beruntun ini belum pernah terjadi sepanjang tahun ini, terakhir kali terjadi pada akhir November2022. Kenaikan harga dalam beberapa hari terakhir ditopang sentimen pengetatan produksi batu bara China serta menguatnyaharga komoditas energi.
Perdagangan awal pekan kemarin, Senin (24/7/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup di posisi US$ 143,10 per ton. Harga batu bara naik tipis 0,94%. Posisi penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam sepuluh hari perdagangan terakhir.
Sejak menyentuh bottom pada Kamis dua pekan lalu di US$127,15, harga batu bara sudah mengalami rally 12,54%. Walau begitu, harga batu bara masih terkoreksi 7,35% dari awal Juli.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan pekan-pekan sebelumnya di mana harga batu bara mengalami downtrend karena melemahnya permintaan.
Pasar batubara thermal Asia berpotensi mengalami lonjakan permintaan dari China sebagai importir terbesar. Prospek ini disokong peningkatan harga domestik di China, penurunan produksi batu bara, dan inspeksi pengawasan keselamatan kerja tambang yang ketat.
Kenaikan harga domestik China bisa mendorong permintaan impor, mengingat trader akan mencari batu bara yang lebih murah. Dengan demikian, harga batu bara global bisa menguat.
Ketatnya inspeksi akan menghambat proses produksi batu bara yang berpotensi menekan produktivitas. Berkurangnya produksi Tiongkok membuat China tak punya pilihan lain selain mengimpor. Kondisi ini berpotensi menjadi kesempatan untuk meningkatkan ekspor batu bara Indonesia.
Lain China berbeda pula India. Bila China diperkirakan menopang harga batu bara ke depan maka hal sebaliknya terjadi pada India.Dari India, pembeli diharapkan lebih aktif di pasar spot untuk memesan pengiriman kargo lintas laut, mengingat pesanan batu bara saat ini akan tiba setelah musim hujan.
Melansir CoalMint, sentimen batu bara India didasari oleh dua faktor yaitu produksi batu bara domestik India meningkat signifikan sebesar 15% secara tahunan. Selain itu, India telah menetapkan target produksi lebih dari 1 miliar ton pada tahun 2024, atau meningkat 13% dibanding 2023.
Kedua, pembeli India mencari batu bara dengan potongan harga dari reseller Eropa. Data mengungkapkan bahwa impor batubara India dari Indonesia sudah turun 17% di semester pertama, menjadi 50 juta ton.
India juga cukup kesulitan mendapatkan pendanaan dalam rangka privatisasi perusahaan batu bara untuk memperbaiki kinerja, sebab sektor perbankan menganggap batu bara sebagai sumber energi kotor dan harus digantikan.Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh melonjaknya harga komoditas energi pada perdagangan kemarin. Minyak, batu bara, dan gas adalah sumber energi yang saling bersaing dalam soal harga.
Harga minyak mentah terbang 1,7% sementara harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) terbang 8,5%e 30,56 euro per mega-watt hour (MWh). Dalam sepekan, harga gas alam melonjak 21,74%.Lonjakan harga gas salah satunya karena persoalan persediaan. Hal ini disinyalir sebagai dampak dari kekhawatiran perpanjangan pemadaman listrik Norwegia pada bulan Agustus. Selain itu, pasokan angin Jerman diperkirakan turun di tengah potensi kenaikan permintaan.
[Gambas:Video CNBC]
(mza/mza)
Source https://www.cnbcindonesia.com