Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham di sektor pertambangan batu bara kompak menguat pada awal perdagangan Jumat (21/7/2023) setelah harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus melonjak 1,14% di level US$140 per ton pada penutupan perdagangan kemarin Kamis (20/7/2023).
Kenaikan harga terjadi seiring melonjaknya permintaan listrik China yang memecahkan rekor akibat adanya gelombang panas. Bahkan kenaikan harga batu bara berjalan selama lima hari berturut-turut hingga menembus level psikologis US$ 140 per ton.
Hingga perdagangan pukul 09.20, dari 11 saham batu bara, 10 mengalami penguatan dan hanya satu yang melemah.
China terpantau telah memiliki solusi dalam menghadapi permasalahan gelombang panas (heatwaves) dengan menambah stok batu baranya. Kendati demikian, penggunaan listrik meningkat seiring kebutuhan pendingin ruangan (AC) yang semakin tinggi di China. Hal ini disinyalir menjadi faktor kenaikan harga batu bara kemarin.
Diketahui, konsumsi batu bara China merupakan yang tertinggi di dunia, bahkan melebihi gabungan seluruh dunia lainnya dalam setahun. Batu bara sebagai opsi sumber tenaga listrik yang murah menjadi pilihan utama China.
Produksi listrik dari pembangkit batu bara di China melonjak 14% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Gelombang panas berdampak pada meningkatnya penggunaan listrik di China. Selain itu, produksi listrik dari sumber energi terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga air akan berkurang mengingat pasokan air juga surut karena gelombang panas.
Sehingga Pemerintah China pun meminta penambang batu bara untuk menjaga produksi untuk mengantisipasi permintaan listrik setelah ada gelombang panas.
Dari dalam negeri, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum lama ini melakukan kegiatan penanaman 50.000 bibit mangrove di kawasan Ekowisata Mangrove Cuku Nyi Nyi, Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung pada Minggu (16/7/2023).
Penanaman mangrove di areal seluas 16,7 hektar ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi ekologis hutan mangrove sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan non-akuatik. Penanaman ini juga diharapkan dapat mendukung pengembangan kawasan ekowisata sehingga meningkatkan multiplier effect untuk masyarakat sekitar.
Dari beberapa saham batu bara, nampak PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) yang terkoreksi hingga 1,81% di level Rp1.085 per lembar saham. Penurunan ini terjadi akibat aksi taking profit setelah kenaikan yang cukup signifikan dalam sepekan.
Pada tanggal 10 Juli 2023 kemarin adalah cum date dividen SMMT sebesar Rp47 per lembar saham. Setelah cum date harga saham SMMT justru semakin naik bahkan setelah ex date pada 11 Juli 2023.
Dalam sepekan kenaikan SMMT mencapai 12% dan dalam sebulan mencapai 27%. Hal ini membuat para pelaku pasar mulai mengamankan profit setelah mendapatkan dividen serta capital gain.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(saw/saw)
Source https://www.cnbcindonesia.com