Pekan Manis Batu Bara Akibat Suhu China Hampir Mendidih!

Admin Ugems
2 Minute Read - Tue Aug 15 06:48:00 GMT 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melambung enam hari berturut-turut hingga menembus level psikologis US$ 140 per ton. Kenaikan harga dalam beberapa hari terakhir disinyalir akibat gelombang panas (heatwaves) China yang mendorong permintaan listrik. Alhasil, harga batu bara melesat.
Pada perdagangan akhir pekan Jumat (21/7/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup di posisi US$ 141,75 per ton. Harga batu bara menguat tipis 1,23%. Posisi penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam sembilan hari perdagangan terakhir.
Penguatan hari ini memperpanjang tren positifemas hitam yang terus menguat sejak Senin pekan lalu. Dalam sepekan, harga batu bara sudah terbang 5,78%.Dari harga bottom (12/7), batu bara telah melesat 11,48%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan pekan-pekan sebelumnya di mana harga batu bara terus tersungkur karena melemahnya permintaan.
">
China terpantau telah memiliki solusi dalam menghadapi permasalahan gelombang panas (heatwaves) dengan stok batu baranya. Kendati demikian, penggunaan listrik meningkat hingga mencatatkan rekor seiring kebutuhan pendingin ruangan (AC) yang semakin tinggi di China. Hal ini disinyalir menjadi faktor kenaikan harga batu bara dalam sepekan terakhir.
Diketahui, konsumsi batu bara China merupakan yang tertinggi di dunia, bahkan melebihi gabungan seluruh dunia dalam setahun. Batu bara sebagai opsi sumber tenaga listrik yang murah menjadi pilihan utama China. Bulan Juni, China menghasilkan listrik dari batu bara bertumbuh 14% secara tahunan (year-on-year/yoy).



Peningkatan produksi listrik dari batu bara Tiongkok tampak menjadi pertanyaan dunia. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu yang merupakan salah satu negara pemimpin transisi energi terbarukan, malah memilih meningkatkan konsumsi sumber energi kotor ini.
Namun, China sepertinya tidak memiliki banyak pilihan saat ini selain meningkatkan produksi listrik dari pembangkit batu bara karena gelombang panas.
Pasalnya, gelombang panas berdampak ke China yakni meningkatnya penggunaan listrik. Di sisi sebaliknya, produksi listrik dari sumber energi terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga air akan berkurang mengingat pasokan air juga surut karena gelombang panas.
Otoritas China pada Senin (17/7/2023) menyebut adanya cuaca 'neraka', di mana suhu telah mencapai rekor 52,2 derajat Celcius (126 derajat Fahrenheit) di barat laut negara itu selama akhir pekan.
Pemerintah China pun meminta penambang batu bara untuk menjaga produksi untuk mengantisipasi permintaan listrik setelah ada gelombang panas.
Produksi batu bara China pada semester I-2023 mencapai 2,3 miliar ton, naik 4,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.



Namun, Rovandi, Analis KGI Sekuritas, mengatakan dalam progam "Closing Bell" CNBC Indonesia bahwa kenaikan batu bara adalah rebound sesaat. Meski begitu, saham batu bara yang telah menyentuh bottom menjadi daya tarik investor yang telah tercermin dari pergerakannya dalam sebulan terakhir.
India sebagai negara importir batu bara terbesar kedua setelah China juga mengalami peningkatan produksi dalam negeri. Di sisi permintaan, India berpotensi mengalami pelemahan. Tren ini berpotensi melemahkan harga batu bara dalam jangka panjang.
Melansir CoalMint, Proyeksi pelemahan didasari oleh dua faktor yaitu produksi batu bara domestik India meningkat signifikan sebesar 15% secara tahunan. Selain itu, India telah menetapkan target produksi lebih dari 1 miliar ton pada tahun 2024, atau meningkat 13% dibanding 2023.
Kedua, pembeli India mencari batu bara dengan potongan harga dari reseller Eropa. Data mengungkapkan bahwa impor batubara India dari Indonesia sudah turun 17% di semester pertama, menjadi 50 juta ton. Ini merupakan indikasi kuat bahwa volume di semester kedua pelemahan harga batu bara.
India juga cukup kesulitan mendapatkan pendanaan dalam rangka privatisasi perusahaan batu bara untuk memperbaiki kinerja, sebab sektor perbankan menganggap batu bara sebagai sumber energi kotor dan harus digantikan.
Di sisi Eropa, gelombang panas yang terjadi di banyak negara bagian utara menjadi faktor kenaikan harga batu bara.
The World Meteorological Organization memperkirakan suhu di Italia, Spanyol, dan Yunanni akan menembus di atas 40 derajat Celcius dalam waktu dekat. Suhu di Sardinia dan Sisilia, Italia, bahkan sudah menembus 46 derajat Celcius pada Selasa (18/7/2023).
Alhasil, harga gas sebagai komoditas energi pilihan Eropa dan sumber energi substitusi batu bara turut mengalami penguatan. Dalam sepekan, harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) naik 12,19% ke 28,16 euro per mega-watt hour (MWh).


[Gambas:Video CNBC]






(mza/mza)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Page Comments