Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pembentukan lembaga yang bertugas memungut iuran batu bara perusahaan tambang yakni Mitra Instansi Pengelola (MIP) harus tetap jalan. Sekalipun tren harga batu bara saat ini dalam kondisi lesu.
Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif mengatakan pembentukan MIP masih relevan dengan kondisi harga batu bara saat ini. Oleh sebab itu, ia berharap agar lembaga yang bertugas memungut iuran batu bara di dalam negeri tersebut dapat segera terbentuk.
"Ya masih lah, kecuali harga batu bara anjlok sekali, waduh gak ada cerita itu," kata Irwandy saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (21/7/2023).
Seperti diketahui, MIP akan bertugas untuk menutup selisih antara harga pasar dan harga untuk kewajiban pasar domestik (domestic market obligation/DMO) US$ 70 per ton untuk PT PLN. Hal tersebut menyusul harga batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik yang rencananya akan dilepas ke pasar untuk mengatasi kendala pasokan di dalam negeri.
Sebelumnya, Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Alexander Ery Wibowo mengungkapkan anjloknya harga batu bara yang terjadi saat ini karena beberapa faktor. Salah satunya yakni turunnya permintaan batu bara dari China dan India.
Menurut Alex anjloknya harga batu bara saat ini dipengaruhi oleh permintaan impor batu bara dari China dan India yang melandai. Hal tersebut berdampak pada harga lantaran keduanya merupakan importir batu bara terbesar saat ini.
"Betul memang market terbesar batu bara ini masih negara di Asia utamanya China dan India pembentuk harga di pasar Asia," kata Alex dalam acara Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).
Meski demikian, Alex memperkirakan penurunan harga batu bara ini bersifat sementara. Oleh sebab itu, pihaknya akan tetap menjaga kinerja perusahaan agar tetap efisien.
"Efisiensi bisa dilakukan secara technical dan dari sisi manajemen operasional, jadi hal ini bisa diantisipasi oleh perusahaan apabila menghadapi penurunan harga jadi kita harus melihatnya secara keseluruhan setiap tahun," katanya.
Ia tetap optimistis harga batu bara masih akan tetap berada di atas US$ 100 per ton. Terutama setelah pesta panjang harga batu bara yang sempat menembus level US$ 400 per ton pada tahun lalu.
"Saya pikir kecil sekali kemungkinan batu bara newcastle di bawah US$ 100 per ton karena salah satu faktor utama adalah cost yang terjadi sewaktu di masa durian runtuh," ujarnya.
Menurut dia dengan harga batu bara yang sudah terlanjur tinggi, apabila harga batu bara menyentuh di bawah US$ 100 per ton, otomatis akan banyak perusahaan yang menghentikan produksinya.
[Gambas:Video CNBC]
(pgr/pgr)
Source https://www.cnbcindonesia.com